Kamis, 02 November 2017

ANAK SELALU MENGALAH, PUPUK RASA PERCAYA DIRINYA

Anak Mengalah sesungguhnya sikap terpuji, tetapi kalau si kecil selalu mengalah berarti ada yang perlu dibenahi.

Dari kacamata psikososial, menurut Rahmi Dahnan, Psi., sebenarnya anak usia prasekolah sedang belajar mengembangkan kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal yang wajar jika anak merasa malu atau ragu-ragu menjalin pertemanan di lingkungan baru, katakanlah saat pertama masuk Taman Kanak-kanak (TK). Namun, kalau ternyata si kecil keterusan mengalah, tentu ada faktor lain yang menyebabkannya bersikap seperti itu. "Umumnya anak usia ini masih tergolong egois. Kalau ia selalu mengalah tentu ada sesuatu yang terjadi pada dirinya," papar psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati ini. Padahal kebanyakan orang akan menilai si pengalah sebagai anak yang baik dan penurut. Memang ada sisi positif dari anak yang sering mengalah. Umpamanya, ia memang seorang yang suka menolong dan memperhatikan kebutuhan orang lain. Sikap mengalah juga menandakan anak sudah belajar mengontrol emosinya. Anak yang bisa menahan diri untuk tidak berkonflik dengan temannya berarti memiliki kematangan emosi. Selanjutnya kemampuan berpikirnya akan matang pula. Sayangnya, anak dengan sikap yang selalu mengalah ini mudah sekali dimanfaatkan orang lain.

BERAGAM PENYEBAB
Sikap mengalah, lanjut Rahmi, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, di antaranya: * Kurang pengalaman bersosialisasi Anak menjadi sosok pengalah karena kurang mendapat pengalaman bersosialisasi; kurang banyak bergaul di lingkungan luar rumah, tak memiliki teman sepermainan atau teman sebaya. Sehari-harinya hanya bergaul dengan orang-orang di rumah. Jadi, ketika dia dihadapkan harus bertemu dengan banyak orang, si prasekolah menjadi canggung karena tak terbiasa. Akhirnya ia memilih lebih banyak mengalah karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. * Takut dijauhi teman Ada juga anak yang memilih bersikap mengalah karena takut dijauhi, dimusuhi, atau tak dijadikan teman lagi. Anggapannya, dengan mendahulukan kebutuhan teman maka pertemanannya akan terus terjalin. Ujung-ujungnya si prasekolah malah tak memiliki kesempatan bereksplorasi yang sama seperti yang dilakukan teman-temannya. * Pola asuh otoriter Sikap selalu mengalah juga bisa terjadi pada anak karena pola asuh orang tua yang kurang tepat. Umpamanya orang tua cenderung selalu keras atau otoriter; selalu melarang dan memarahi jika anak berbuat salah dan tak memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk bereskplorasi. Alhasil, anak bisa tumbuh menjadi sosok yang penuh dengan ketakutan dan ragu-ragu untuk memulai sesuatu. Anak juga bisa lebih memilih mengalah ketika temannya berbuat jahat seperti memukul atau menendang. Dia tak mau melawan atau membalas perilaku buruk temannya tersebut. BERDAMPAK BURUK Jika keterusan, sikap mengalah ini akan mengakibatkan dampak buruk di kemudian hari, yaitu: 1. Mudah dimanfaatkan teman Si pengalah akan mudah dimanfaatkan temannya untuk hal-hal yang tidak baik. Ditambah lagi sering dijadikan sasaran kejahilan, selalu diperintah atau disuruh-suruh teman. 2. Kurang kesempatan bereksplorasi Karena lebih mendahulukan temannya, si prasekolah lebih banyak berdiam diri. Dia hanya menjadi penonton yang memperhatikan keceriaan teman-temannya bermain. Otomatis, kesempatan bereksplorasinya jadi lebih sedikit. 3. Tak mampu berinisiatif Ketika dihadapkan pada permasalahan dia tak berani bersikap, tak bisa berinisiatif, dan tidak bisa mencari solusi permasalahannya. Dia hanya menurut apa yang diperintahkan orang tua atau temannya. Dia juga tak bisa mengeluarkan pendapat sendiri. 4. Kurang percaya diri Karena tak banyak berperan dan selalu mendahulukan orang lain, maka anak menjadi kurang percaya diri. Dia tak berani menunjukkan dirinya. Lebih memilih menyendiri, menghindari pergaulan dan akhirnya menjadi sosok yang minder. PERAN ORANG TUA Sudah semestinya orang tua peka jika mendapati anak yang selalu bersikap mengalah. Orang tua perlu melakukan langkah-langkah seperti berikut: * Introspeksi diri Jika orang tua melihat buah hatinya selalu mengalah, maka harus segera berintrospeksi. Jangan-jangan pola asuh yang diterapkan selama ini kurang tepat; sering marah-marah, terlalu galak, selalu mendikte sehingga membuat anak tumbuh menjadi pencemas, penakut, selalu khawatir, dan ragu-ragu bertindak. Sikap orang tua yang demikian juga secara langsung menghambat kesempatan anak untuk berekspresi, bereksplorasi, dan berinisiatif. Kalau memang demikian, mau tak mau orang tua mesti mengubah pola asuh dengan memberikan kesempatan luas kepada anak untuk bereksplorasi dan mengungkapkan isi hatinya, apakah itu sedih, kesal, atau gembira. Asal tahu saja, perkembangan emosi sangat berperan penting dalam perkembangan harga diri anak selanjutnya. * Mengajarkan berkata "tidak" Anak yang selalu mengalah tentu selalu berkata "ya" pada temannya. Dengan begitu, si prasekolah jadi mudah dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak baik. Untuk itu, ajari ia untuk bisa berkata "tidak" jika disuruh-suruh oleh teman. Tentu saja kalau tujuannya untuk menolong teman yang sedang kesulitan atau terdesak sikap mengalah tetap harus didahulukan. Nah kemampuan untuk mengenali situasi berarti perlu juga dikenalkan pada anak. Kalau situasinya sudah mengarah jadi "dikerjain" maka anak harus bisa secara tegas bilang "tidak". PERAN GURU Guru pun harus peka jika ada anak didiknya yang cenderung bersikap selalu mengalah pada teman-teman sebayanya. Dalam hal ini yang bisa dilakukan guru adalah: * Mengajarkan konsep bergiliran dan berkelompok Anak 4-5 tahun sebenarnya mampu memahami aturan main walau terkadang masih melanggar peraturan yang ditetapkan, termasuk dalam hal bergiliran. Di sinilah pentingnya peran guru untuk selalu menerapkan tata cara bermain pada semua anak didik. Saat para murid berebut ingin bermain ayunan, minta mereka antre lalu ajarkan untuk bergiliran sehingga semuanya bisa merasakan asyiknya permainan itu. Selain belajar konsep antre, anak juga belajar bersikap sabar saat menanti gilirannya. Pujilah saat mereka dengan sabar mau menunggu gilirannya. Secara perlahan-lahan sikap egois yang tertanam dalam diri anak akan luntur dan si pengalah juga jadi belajar mengenai hak gilirannya. Permainan kelompok juga dapat menjadi ajang bersikap sportif dan kebersamaan karena saat bermain kelompok anak dapat merasakan makna kalah dan menang. Juga, akan ada teman lain yang bisa diajak berbagi rasa sehingga anak tak merasa sendirian. * Meningkatkan kemampuan sosialisasi Selain bertugas mengoptimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan anak, peran guru juga meningkatkan potensi bersosialisasinya. Guru perlu mendorong setiap anak untuk terlibat dengan seluruh temannya. Intinya, sudah tugas guru untuk menumbuhkan minat bersosialisasi anak karena di usia 4-5 tahun sebenarnya ia sudah memiliki keinginan berkumpul dengan teman sebayanya. Konkretnya, jika ada anak yang terlihat menyendiri dan memilih berdiam diri menonton teman-temannya bermain, langsung ajak ia untuk berbaur. Libatkan anak dengan teman lainnya dan ajak untuk bermain bersama-sama. Pada anak yang kelihatan selalu mengalah ajarkan untuk melapor pada guru jika ada teman yang berbuat agresif, seperti memukul atau menendangnya. Jadi, bukan hal bijak jika anak pengalah diajarkan untuk balik bersikap agresif. Balas memukul bisa memancing si pemukul untuk bertindak lebih agresif. Nah, tak akan menyelesaikan masalah, kan? Lebih jauh lagi, anak yang tadinya pengalah bisa berubah menjadi sosok yang agresif dan tak tahu aturan. Namun, tanamkan bahwa diam saja juga bukan solusi bijaksana karena ia akan menjadi sosok yang selalu dikalahkan. Minta anak untuk mengungkapkan perasaannya, misalnya, "Kamu jangan pukul aku dong. Kan sakit!" Guru pun perlu menjadi fasilitator pendamai kedua anak yang bertikai. Beri tahu anak yang menyerang bahwa perbuatannya merupakan sikap yang tidak baik karena dengan begitu temannya jadi sakit dan menangis. BUANG SIKAP OTORITER Pola asuh yang tepat akan membuat anak berkembang menjadi sosok yang penuh percaya diri. Jika ternyata ayah dan ibu bersikap otoriter terhadap anak, mulai sekarang tinggalkan hal itu. Bersikaplah lebih baik, antara lain dengan melakukan hal-hal berikut: * Menjalin komunikasi yang baik Komunikasi yang terjalin baik akan merangsang anak berani mengungkapkan pendapat atau ide-idenya. Jauhi sikap keras, menghakimi, dan memojokkan karena akan membuat anak enggan berkomunikasi dengan kita. Jadilah teman atau sahabat anak dan bukannya menjadi pihak yang berseberangan dengannya. * Tidak membedakan anak Sebaiknya orang tua tidak membeda-bedakan atau membandingkan anak karena setiap anak memiliki potensi masing-masing yang unik. Jadi jangan pernah memaksa si adik harus sama kemampuannya dengan si kakak atau sebaliknya. * Tidak memberi label negatif Jangan sekali-kali mencap jelek anak dengan julukan atau panggilan yang buruk. Predikat negatif cepat atau lambat akan menghancurkan konsep diri anak. Salah satu akibatnya adalah anak menjadi pasif dan pengalah karena tidak percaya diri. * Hargai keberhasilan anak Hargai atau puji keberhasilan anak karena tanpa pujian, anak merasa apa yang dilakukannya tak berharga. Perasaan tidak dihargai sulit membuat anak percaya diri dan memiliki inisiatif yang tinggi. * Berikan alternatif pilihan Hindari mendikte anak tetapi beri ia alternatif pilihan. Misalnya, mau minum susu atau jus? Beri ia kesempatan berpikir. Alhasil, daya pikirnya menjadi terasah dan belajar membuat keputusan sendiri akan memperkuat sikap tegas anak, sehingga ia tidak menjadi orang yang selalu mengalah.

TEKNIK QUANTUM TEACHING yang MELIBATKAN OTAK REPTIL, OTAK MAMALIA DAN NEOKORTEK

A. Arti Quantum Teaching Pembelajaran quantum teaching adalah salah satu metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya. Menurut De porter. B (2004), kata quantum berarti interaksi antara paket-paket energi dalam energi foton yang terquantisasi, sedangkan quantum teaching dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif. Dalam quantum teaching bersandar pada konsep ‘bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. 1. Asas Utama Model Pembelajaran Quantum Teaching Asas utama quantum teaching adalah “bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Dari asas utama ini, dapat disimpulkan bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh siswa. Cara yang dilakukan seorang pendidik meliputi: untuk apa mengajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka kedalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. “Dunia kita” dipeluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. 2. Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching Sintaks pembelajaran quantum teaching adalah tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR). Adapun maksudnya adalah: a. T (Tumbuhkan). Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka (DePorter dkk, 2001) dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan di sini berperan sangat penting karena pada fase inilah siswa diajak pergi dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka tanpa ada rasa keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat mengundang minat siswa untuk membuka mata mereka dan menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita. Seperti contoh yang pernah penulis lakukan di kelas ketika penulis memulai pelajaran. b. A (Alami) dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat mencakup segenap gaya belajar siswa, baik itu yang memiliki gaya belajar Auditory, Visual ataupun Kinestetik. Ketika siswa diberi pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat masuk ke dalam sistem Long Term Memori mereka. c. N (Namai) disini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang, ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang mereka dapat, mereka menjadi bingung dan merasa tidak belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari kejadian tersebut.\ d. D (Demonstrasikan) adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak kita memberikan kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita berikan. e. U (Ulangi) dilakukan dengan dengan cara me-review secara umum terhadap proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan karena, bisa jadi, ada beberapa hal dari materi kita yang tidak atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk mempraktekkan materi, tiba gilirannya bagi kita untuk menutup pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa semua siswa bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan melakukan review materi. Kita bisa melakukannya dengan memunculkan pertanyaan. f. R (Rayakan) adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam hal perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau tepuk tangan. Pujian sangat penting keberadaannya dalam proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan bahwa pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif dan menjadi alat yang amat penting bagi orang tua (guru) untuk membimbing anak-anak (siswa). Kesenangan orang tua yang dinyatakan merupakan motivasi awal yang paling kuat. B. Otak reptil, Otak mamalia, Neokortek Otak manusia dibagi menjadi beberapa bagian. otak akan dibagi menjadi dua yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan sedangkan otak kanan mengatur bagian sebelah kiri. Otak juga dibedakan lagi menjadi otak depan otak tengah dan otak belakang. Selain pembagian otak seperti hal diatas, otak juga dibagi menjadi tiga yaitu batang otak atau otak reptil, yang kedua yaitu sistem limbik atau juga disebut otak mamalia, dan yang ketiga neokorteks atau otak berfikir. 1. Otak Reptil Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke tulang belakang. Bagian otak ini sama persis dengan bagian otak yang dimiliki reptil, seperti kadal atau buaya. Karenanya, ia disebut otak reptil. Adapun fungsi atau tugas otak reptil adalah sebagai berikut: Ø Mengendalikan fungsi-fungsi motor sensorik, yakni untuk mengetahui rangsangan yang berasal dari panca indera. Ø Mempertahankan hidup secara naluriah, yang terfokus pada makanan, tempat tinggal, perkembangbiakan, dan perlindungan diri. Ketika Anda mengaiami suatu bahaya, misalnya, otak reptil ini memberikan komando kepada anggota tubuh Anda yang lain untuk menghadapi atau lari dari situasi berbahaya tersebut. Untuk keperluan belajar dan berpikir kreatif, mestinya otak reptil dikondisikan aman. Dalam kondisi aman, otak reptil mampu bekerja dengan baik dan mendukung bagian otak lain untuk belajar. Bahkan dalam kondisi aman ini, memungkinkan otak untuk lebih berani mengungkapkan ide-ide baru. Ide-ide baru yang mungkin belum pernah ditemukan orang, sehingga berkembanglah pemikiran-pemikiran kreatif. Sementara itu dalam situasi terancam otak reptile akan memberintak. Termasuk hal-hal yang mengancam otak reptile adalah takut pada guru, takut tidak lulus, cemas mendapatkan nilai jelek atau ketakutan lainnya. 2. Otak Mamalia Otak mamalia atau sistem limbik terletak di sekeliling otak reptil, berada di bagian tengah otak Anda. Bagian ini dimiliki oleh semua jenis mamalia. Karenanya, ia disebut otak mamalia. Adapun fungi atau tugas otak mamalia adalah sebagai berikut: Sebagai tempat menyimpan memori Anda. Mengendalikan bioritme Anda, seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, detak jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, rrietabolisme, dan sistem kekebalan. Sebagai pusat perasaan atau emosi. la dapat mengendalikan semua bagian anggota tubuh Anda. Karenanya, keadaan emosi Anda sangat berpengaruhterhadap kesehatan Anda. Segala sesuatu yang datang dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peraba masuk ke otak ini, kemudian didistribusikan ke “otak pemikir” atau neokorteks. Peran emosi dalam kehidupan dan belajar telah diteliti dengan baik oleh Daniel Goleman, yang dikenal dengan Emotional Intelligence (EQ). pada situasi yang membosankan dan jenuh, otak mamalia bekerja secara negatif. Misalkan pada siang hari yang panas, kita diminta untuk membuat suatu karangan di dalam kelas. Apa yang kita rasakan? Mungkin malas, bosan atau jenuh. Sebaliknya, apabila otak mamalia kita dibuat tergugah, termotivasi, terpancing dan bersemangat maka kita akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan lebih baik. Untuk contoh di atas apabila diberikan alternative penyelesaian yang lebih menarik, misalkan siswa boleh membuat karangan di mana saja yang dianggap nyaman. Boleh di taman, di perpustakaan, dan lain-lain. Bila otak mamalia sudah mendukung hasil belajar akan lebih optimal 3. Neokortek Tebal korteks sekitar 1/8 inci dan berbentuk lipatan-lipatan. Jika dibentangkan ukurannya kira-kira seluas 1 halaman koran. Di sinilah bersemayam kecerdasan yang membuat kita menjadi benar-benar manusia. Neokorteks terbungkus di sekitar bagian atas dan sisi-sisi otakmamalia. Neokorteks merupakan 80% dari otak manusia. Otak ini mempunyai fungsi tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah. Itulah yang membuat manusia unik. Otak mamalia berkaitan erat dengan emosi dan memori jangka panjang. Sistem limbik dalam otak mamalia berperan sebagai saklar untuk menentukan otak mana yang aktif. Dalam keadaan bahagia, tenang dan rileks, maka neokorteks aktif sehingga belajar akan lebih mudah. C. Penerapan Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching untuk Menciptakan Komunikasi Efektif antara Guru dan Siswa Quantum teaching memberikan empat prinsip komunikasi ampuh. Komunikasi ampuh ini dapat dipakai oleh guru ketika mengajar, memberikan petunjuk, menata konteks, atau memberikan umpan balik (De Porter 2000:118). Komunikasi ampuh ini dapat dilakukan dengan mudah dan disengaja. Keempat komunikasi ampuh tersebut sebagai berikut. 1. Pentingnya Kesan Mengapa kesan/citra itu penting dalam pembelajaran? Hal ini terkait dengan otak. Menurut teori otak triune, otak manusia terdiri dari tiga bagian: neokorteks, sistem limbik, dan otak reptil. Neokorteks adalah topi otak, penutup yang melilit berupa zat berwarna kelabu yang merupakan 80-85% dari massa otak. Otak ini mempunyai banyak fungsi tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan ke depan, bergerak dengan baik, dan berkreasi. Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan emosi. Ini adalah otak sosial dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana yang penting untuk ingatan jangka panjang. Otak reptil adalah bagian otak paling sedehana. Tugas otak reptil adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Di sini adalah pusat perilaku naluriah dan reseptif yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta dan ritualistis. Kaitan citra dengan otak adalah bahwa belajar harus melibatkan fungsi limbik otak. Emosi (yang difungsikan oleh sistem limbik otak) dan akal sehat berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Menurut teori Accelerated Learning bahwa tidak ada apapun yang dapat mempercepat pembelajaran selain rasa gembira (Meier, 2002:85). Citra negatif akan memperlambat belajar bahkan menghentikan sama sekali. Citra yang positif akan membuat pembelajar berada dalam keadaan santai dan terbuka. Mereka dapat “naik tingkat” ke area neokorteks. Jika citra negatif dan pembelajar merasa tertekan, mereka cenderung “turun tingkat” ke otak reptil dengan tujuan bukan untuk belajar melainkan untuk bertahan. Belajar jadi lambat atau bahkan terhenti. Berdasarkan hasil survei percakapan guru. Citra positif ditunjukkan B dan citra negatif ditunjukkan A. Ø 95% Siswa memilih B karena percakapan ini menimbulkan kesan positif yang memacu pembelajaran dan mengajak semua siswa untuk terlibat sungguh-sungguh dalam belajar. “Anak-anak, bagian ini paling menantang. Mari kita simak sungguh-sungguh supaya kalian betul-betul memahaminya.” Daripada percakapan “Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan. Jadi, kalian harus waspada kalau tidak mau gagal.” Percakapan ini menimbulkan kesan kesulitan, kebosanan, kewaspadaan, dan kegagalan. Ø 72,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan ini menimbulkan kesan tantangan tetapi siswa mampu menguasainya. Menurut Cornegie (1993:190), tantangan merupakan satu cara sempurna untuk menarik manusia menjadi bersemangat. “Ini bagian yang paling menantang yang telah kalian kuasai sejauh ini.”Daripada “Sekarang kita sampai pada bagian tersulit pelajaran ini.” Ø 75% Siswa memilih percakapan B karena percakapan ini menimbulkan kesan penasaran untuk menaklukkan tantangan dalam pelajaran tersebut. “Materi ini mengandung banyak tantangan.” Daripada percakapan “Materi ini paling sulit.” Percakapan ini menimbulkan kesan pelajaran sulit. Ø 80% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 4(b) menimbulkan kesan memacu siswa untuk mengkaji kembali tugas rumah. “Marilah kita mulai dengan melihat kesenangan rumah kemarin. Silakan keluarkan, kemudian dioper kepada teman di sebelah kananmu,” (setelah mengumpulkan dan melihat hasil PR …) 2. Pentingnya Arahkan Fokus Ilmuwan memperkirakan bahwa otak manusia menerima lebih dari 10.000 pecahan informasi setiap detik saat manusia terjaga. Lalu bagaimana otak bekerja dan kaitannya dengan prinsip arahkan fokus? Prinsip arahkan fokus memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih banyaknya input dan memusatkan perhatian otak. Otak memiliki kemampuan pemroresan –ganda. Setelah masuk ke otak, informasi indrawi diproses pada tingkat sadar atau tidak sadar. Informasi yang tidak dibutuhkan akan disimpan di bawah tidak sadar. Informasi yang mengarah pada fokus akan dibawa pada tingkat sadar dan melahirkan tindakan. Oleh karena itu, percakapan yang mengarahkan fokus ke pusat perhatian yang dimaksud dalam komunikasi akan menciptakan komunikasi yang efektif. Hal ini dibuktikan hasil pengamatan percakapan guru dan reaksi siswa. Percakapan yang fokus langsung pada hal yang dimaksud dalam komunikasi akan melahirkan tindakan siswa. Percakapan mengarahkan pada fokus ditunjukkan B dan yang tidak mengarahkan pada fokus ditunjukkan A. Hasilnya sebagai berikut. Ø 77,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan ini bersifat fokus membatasi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. “Marilah kita selesaikan pekerjaan itu dalam waktu lima belas menit. Setelah itu, kumpulkan di meja guru.” Daripada percakapan “Cepat selesaikan pekerjaan kalian. Saya menunggu untuk dikumpulkan.” Ø 75% Siswa memilih percakapan B karena percakapan ini menimbulkan kejelasan untuk melakukan tindakan yaitu mengerjakan PR. “Ingatlah, kerjakan PR kalian.”Daripada percakapan “Jangan lupa besok ulangan.” Ø 97,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan ini menimbulkan kejelasan untuk belajar nanti malam tentang materi ulangan besok. “Ingatlah, nanti malam kalian belajar materi argumentasi karena besok ulangan materi tersebut.” Daripada percakapan “Jangan lupa besok ulangan.” Ø 67,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 17(b) menimbulkan kejelasan agar datang sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai. “Datanglah sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai.” Daripada percakapan “ Usahakan agar datang tidak terlambat.” 3. Pentingnya Inklusif Memanfaatkan seluruh otak merupakan kunci untuk membuat belajar lebih cepat, lebih menarik, dan lebih efektif. Terkait dengan hal tersebut, belajar harus melibatkan fungsi sistem limbik. Pelibatan sistem limbik yang positif akan merangsang penggunaan fungsi otak naik tingkat ke area otak neokorteks yaitu otak belajar. Seperti yang telah dijelaskan, sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan emosi. Oleh karena itu, pembelajaran harus bersifat sosial. Kerjasama di antara pelajar melibatkan lebih banyak daya otak keseluruhan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar. Agar tercipta lingkungan belajar yang penuh kerja sama, gunakan bahasa yang mengajak semua orang dan menciptakan kesan keterpaduan dan kesatuan. Hal ini juga terbukti dari hasil survei yang telah dilakukan siswa memilih percakapan B karena percakapan tersebut menimbulkan asosiasi positif yaitu mengajak dalam kebersamaan. “Ingatlah, kerjakan PR kalian.” “Kita akan mempelajari langkah-langkah ini!” “Anak-anak, mari pahami keterangan saya ini.” “Kita akan memperhatikan grafik halaman 134. Mari keluarkan buku kalian.” “Kalian ingin mendapatkan nilai bagus? Ayo, kita bersungguh-sungguh belajar agar mendapat nilai lebih baik dari SKM.” “Anak-anak, mari pusatkan perhatian kalian pada soal-soal ini. Hindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kalian terhadap soal tersebut.” Daripada percakapan: “Yang harus kalian lakukan, mengeluarkan pekerjaan rumah kemarin.” “Ibu akan mengajarkan langkah-langkah ini!” “Anak-anak, perhatikan!” “Bapak ingin kalian mengeluarkan buku dan grafik pada halaman 134.” “Kalian harus mendapatkan nilai yang lebih baik.” “Anak-anak jangan mengobrol saja. Kerjakan soal-soal itu secepatnya.” 4. Pentingnya Spesifik Semakin spesifik perkataan akan semakin memberikan kejelasan. Kejelasan melahirkan tindakan yang diinginkan dalam komunikasi. Kespesifikan dapat diciptakan dengan penggunaan kata-kata yang spesifik, menggunakan metafora, contoh visual, menyebut nama siswa. Kespesifikan menciptakan komunikasi efektif. “Anak-anak, mari pahami keterangan saya ini.” “Kita akan memperhatikan grafik halaman 134. Mari keluarkan buku kalian.” “Kalian ingin mendapatkan nilai bagus? Ayo, kita bersungguh-sungguh belajar agar mendapat nilai lebih baik dari SKM.” “Anak-anak, mari pusatkan perhatian kalian pada soal-soal ini. Hindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kalian terhadap soal tersebut.” Daripada percakapan: “Anak-anak, perhatikan!” “Selanjutnya, Bapak ingin kalian mengeluarkan buku dan grafik pada halaman 134.” “Kalian harus mendapatkan nilai yang lebih baik.” “Anak-anak, jangan mengobrol saja. Jangan ramai. Kerjakan soal-soal itu secepatnya.” https://www.google.co.id/amp/s/fajarsubijakto.wordpress.com/2013/02/14/teknik-quantum-teaching-yang-melibatkan-otak-reptil-otak-mamalia-dan-neokortek-2/amp/