Jumat, 20 Maret 2020

PP No. 17 Tahun 2020 : Guru dan Dosen Dapat Cuti Tahunan


Peningkatan kompetensi dan cuti adalah hak PNS. Pengembangan kompetensi adalah upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan rencana pengembangan karier dengan sistem pembelajaran terintegrasi.


Sedangkan cuti dilaksanakan untuk menjamin pemenuhan hak atas kesegaran jasmani dan rohani PNS.P PeraturanP Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 11 tahun 2017 tentang Manajemen PNS ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 2020 di Jakarta oleh Menkumham Yasonna H. Laoly.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah terbaru nomer 17 tahun 2020  pada pasal  315 berdasarkan dari perubahan Nomer 11 tahun 2017 Bahwa Guru dan Dosen yang menjabat pada sebuah lembaga pendidikan berhak mendapat Cuti Tahunan.

Peraturan ini akan menjadi sesuatu yang baru bagi guru dan dosen. Mengingat selama ini hak cuti nya dibedakan dengan PNS lainnya.

Untuk lebih lengkapnya silahkan download

Sedangkan surat edaran pelaksanaan cuti sesuai dengan SE 15/MK.1/2018 disini

Semoga bermanfaat

Ari Yunanda, S.Pd


Pertanyaan Penting Seorang Kaisar : Berapa Jumlah Guru Tersisa



Melihat guru seperti melihat harapan yang menjanjikan bagi dunia ini. Kita pasti ingat ketika hancur nya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom Amerika. Jepang saat itu lumpuh total dengan korban meninggal mencapai jutaan, dan efek radiasi bom diperkirakan membutuhkan puluhan tahun untuk memperbaiki semuanya.

Kemudian Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, lalu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua Jenderal yang masih hidup dan bertanya “Berapa jumlah guru yang tersisa?“.

Para jenderal menjawab dengan tegas kepada Kaisar bahwa mereka mampu menyelamatkan dan melindungi Kaisar tanpa bantuan guru. Lantas, Kaisar Hirohito  berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka?

Maka dikumpulkanlah sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kota, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.” Penuh harapan.

Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar. Jepang menjadi negara maju bangkit kembali hanya dalam kurun 20 tahunan, 50 tahunan lebih awal dari prediksi dunia. Sejarah ini menjadi bukti dan sebagai ilustrasi bahwa kemajuan sebuah bangsa, mutlak memerlukan peran guru

Meski gelar pahlawan tak di miliki nya, namun telah tersemat dengan gagahnya karena karya yang telah dilaksanakannya.

Membicarakan sosok seorang guru di mata dunia, di mata orang-orang sukses, di mata orang-orang pandai, sepakat bahwa tak ada pahlawan yang lebih berjasa bagi mereka selain guru. Berbicara tentang guru adalah berbicara tentang masa depan, ketika guru itu baik maka dapat diambil kesimpulan bahwa generasi-generasi yang baik dan merdeka dari segala kebodohan akan segera lahir. Generasi yang baik tersebut akan senantiasa memberikan kontribusi yang luar biasa bagi dirinya, keluarganya, bangsanya, serta negaranya.

Maka segala upaya dalam mensukseskan tugas guru adalah upaya yang  dipandang perlu mendapatkan perhatian bersama. Kebijakan anggaran yang cukup besar di sektor ini dengan pengalokasian seperlima dana  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kepentingan pendidikan menjadi alarm kesadaran semua pihak untuk benar-benar ikut memberikan perhatian besar pada urusan ini.

Kepedulian yang besar terhadap pendidikan dan masa depan anak bangsa oleh para pemimpin kita, merupakan sesuatu yang pantas di syukuri dan di apreasiasi dengan mentaati nya. Bahkan dalam menghadapi kasus penyebaran virus Corona Covid-19, dengan dipindahkan nya kegiatan belajar peserta didik ke rumah. Begitu juga dengan guru-guru yang memberikan bahan ajar via daring dari rumah nya saja. Fenomena Memberikan ini mengingat kan kita pada sebuah kaidah dalam ber-Agama "Bahwa menolak bahaya lebih didahulukan dari mengambil manfaat".

Anda Mungkin Mengidap Corona, Tapi Tidak Tahu



Mayoritas orang punya imunitas atau daya tahan tubuh yang baik. Tapi belum tentu mereka memiliki imun terhadap rasa takut. Terlebih lagi tanggungjawab pada orang lain.

Pencetus terbesar rasa takut: ketidaktahuan atau memproses informasi yang keliru.
Saya bukan dokter. Sehingga yang akan saya sampaikan berikut bukanlah sebuah rujukan medis. Saya hanya seseorang yang berbagi pengalaman tinggal selama sebulan di kawasan pandemi Corona/Covid pada Februari lalu: Taiwan dan Singapura. Alhamdulillah saya sehat sampai hari ini -- tak memiliki gejala sakit.

Saya di Taiwan sejak 8-25 Februari. Lalu di Singapore 26 Feb - 1 Maret. Setelah itu kembali ke Jakarta. Pada 3 negara ini saya melihat perbedaan bagaimana orang merespon Corona. Hingga sekarang saya tidak cemas berlebihan pada virus ini. Tapi justru cemas bagaimana perilaku orang-orang Indonesia meresponnya.

PERTAMA
Merujuklah pada fakta, data, dan informasi yang valid. Olahlah informasi hanya dari sumber yang kredibel. Sehingga kita tahu apa yang sedang kita hadapi.

1.1. Mortality rate (rasio kematian) Corona di dunia adalah 3%.

1.2. 80% kasus kematian adalah orang berusia di atas 60 tahun, atau sebelumnya menderita penyakit yang berhubungan dengan pernapasan. Beberapa kasus berhubungan dengan tumor dan diabetes.

1.3. Penangkal Corona paling efektif saat ini adalah daya tahan tubuh kita sendiri. Makin rendah daya tahan, makin berisiko.

1.4. Virus Corona terdapat pada cairan dari mulut dan hidung penderita -- organ yang berhubungan dengan pernapasan. Virus yang ukurannya sangat kecil tersebut akan menulari orang lain ketika masuk ke hidung atau mulut yang menjadi pintu gerbang pernapasan.

1.5. Virus Corona tidak hidup di udara. Tapi ia memerlukan medium untuk menempel. Virus bisa hidup sampai dengan 2 hari pada medium tersebut.

1.6. Medium itu bisa apa saja. Tangan, uang, gagang pintu, piring, meja, kursi, alat tulis, belt pada eskalator, keranjang belanja, dll.

1.7. Medium paling berisiko adalah yang diakses secara umum. Misal seorang penderita Corona batuk dan menutup mulutnya dengan tangan. Lalu ia memegang uang kertas. Uang kertas itu ia berikan ke seorang penjual. Kita mendapatkan uang yang sama dari penjual tersebut sebagai kembalian belanja. Maka menempellah virus ke tangan kita dan tangan penjual. Lalu kita memegang hidung atau makan sesuatu langsung dengan tangan. Virus masuk ke organ pernapasan.

1.8. Karena itu menggunakan masker agar tidak terkena virus bukanlah hal yang efektif. Berapa besar rupanya kemungkinan seorang pengidap Corona batuk depan kita lalu cairannya mengenai wajah kita? Kecil. Kemungkinan besarnya adalah, dia batuk, menutup mulut, memegang sebuah benda di sekitar, lalu kita pegang juga benda itu.

1.9. Sehingga cara yang paling efektif adalah perbanyak mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan. Di Taiwan ada protokol di tempat kerja untuk membersihkan tangan dengan alkohol tiap 1 jam. Jangan menyentuh area wajah tanpa cuci tangan sebelumnya. Jangan makan tanpa alat. Hindari berpergian ke tempat umum bila tidak harus.

1.10. Jagalah tubuh tetap sehat. Jangan terlampau lelah. Imbangkan gizi. Agar imunitas kita tetap baik.

KEDUA
Kita mungkin memiliki virus Corona dalam tubuh kita. Tapi kita tidak tahu karena tak mengalami gejala. Namun kita sangat mungkin jadi carrier (pembawa).

2.1. Darimana kita tahu kita tidak mengidap virus Corona? Karena kita sehat-sehat saja? Virus ini bisa masuk ke tubuh kita dan kita sehat-sehat saja karena imunitas tubuh kita berhasil mengalahkannya dalam masa inkubasi 14 hari.

2.2. Kalau dalam 14 hari inkubasi itu imunitas tubuh kita kalah, maka timbul gejala dan kita sakit. Lalu kita ke rumah sakit dan terdeteksi Corona.

2.3. Kalau imunitas kita menang, virus hilang. Kita sehat-sehat saja dan tak punya gejala. Hampir tidak mungkin kita yang sehat-sehat saja pergi ke rumah sakit untuk tes Corona yang seharga Rp 700 ribu itu.

2.4. Tapi ketika virus masuk ke tubuh kita, maka kita resmi mengidap/terinfeksi Corona (meski kemudian sembuh sendirinya). Selama virus itu masih ada dalam tubuh kita, maka otomatis kita jadi carrier.

2.5. Penyebaran virus dari pengidap tanpa gejala inilah (yang mungkin termasuk kita) memerlukan tanggungjawab di level individu.

"Asymptomatic and mildly symptomatic transmission are a major factor in transmission for Covid-19," said Dr. William Schaffner, a professor at Vanderbilt University School of Medicine and longtime adviser to the CDC. "They're going to be the drivers of spread in the community."

KETIGA
Sampai titik ini kita tidak tahu apakah kita carrier atau bukan. Tapi kita bisa lebih bertanggungjawab.

3.1. Sebagai pengidap dan carrier, imunitas kita mungkin kuat. Tapi tidak bagi orang lain, terutama mereka yang berusia tua dan memiliki penyakit.

3.2. Sebisa mungkin hindari atau batasi pertemuan dengan orang-orang berisiko tinggi di atas. Misalnya bertemu orangtua. Kita bisa menulari mereka dan rasio kematian mereka akan tinggi.

3.3. Cuci tangan dan memelihara kesehatan adalah cara paling efektif.

3.4. Cara efektif lain adalah 'mengkarantina diri'. Membatasi pergi ke tempat publik dimana kita akan menyentuh banyak benda yang juga disentuh orang lain.

KEEMPAT
Manusia hidup di antara berbagai virus dan bakteri yang ada di sekitar. Kita tak menyadarinya. Per meter persegi ada 800 juta virus yang hidup -- terutama di udara. Kita masih bisa tetap hidup dan sehat karena imunitas tubuh kita selalu bekerja melawan mereka. Makin seseorang menjaga kesehatan tubuhnya lewat pola hidup dan pola makan, makin kuat juga imun tubuhnya. Itu sebabnya penderita HIV/AIDS bisa meninggal hanya karena flu -- karena imunitas mereka lemah.

Jadi: pelihara kesehatan diri, jangan terlalu lelah, cuci tangan tiap 1 jam, makan dengan alat makan, karantina diri dengan tidak berpergian ke tempat publik bila tidak harus, dan usahakan jangan menemui orang tua dan penderita penyakit agar mereka tidak tertular dari kita (tanpa kita sadari).

Kita bisa lebih bertanggungjawab pada orang lain dan diri sendiri. Kita mungkin tidak bisa mengontrol banyak hal di luar diri kita (benda yang jadi medium, keharusan pergi bekerja, dll). Tapi kita bisa mengontrol diri kita sendiri.

Tantangan terbesar kita: sebentar lagi LEBARAN!

*) CEO & Founder Arkademi


Sumber : https://selasar.co/read/2020/03/15/1067/anda-mungkin-mengidap-corona-tapi-tidak-tahu

Repost:Ari Yunanda