Minggu, 08 Maret 2020

Ketika Anakku Sakit



Anak bak permata. Tak ternilai harganya. Hal ini bahkan dirasakan oleh seseorang yang paling mulia, Rasulullah ﷺ. Demikian pula orang yang paling mulia setelah beliau, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Anak beliau ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu menceritakan:

“Suatu hari, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Demi Allah, tak ada seorang pun di atas bumi ini yang lebih kucintai daripada ‘Umar (Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anha-red.)!’ Ketika Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu , dia pun bertanya, ‘Bagaimana sumpahku tadi, wahai putriku?’ Aku pun mengatakan kembali apa yang diucapkannya. Kemudian Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Dia memang sangat berarti bagiku, namun anak lebih melekat di dalam hati’.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 61: hasanul isnad)

Tak heran, ketika anak sakit, derita yang berat pun turut dirasa oleh orangtua.
Tidak tega rasanya melihat anak terbaring pucat, ditambah lagi demam yang tak kunjung reda, Ingin rasanya menggantikan sakit dan deritanya. Namun nyatanya kita tak mampu berbuat apa-apa.

kita benar-benar merasakan lemah, tak kuasa memberikan kesembuhan. Terasa membutuhkan pertolongan.

Namun tak pantas kita berkeluh kesah atas musibah ini, dan hal itu harus kita jauhi, sebagaimana petunjuk nabi. Dikisahkan oleh Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu :

Aku menghadiri shalat pada hari raya bersama Rasulullah ﷺ, maka beliau memulai dengan shalat sebelum khutbah tanpa adzan maupun iqamat. Kemudian beliau berdiri sambil bertelekan pada Bilal, memerintahkan manusia agar bertakwa kepada Allah, menghasung mereka untuk menaati-Nya, memberi wejangan serta mengingatkan mereka.

Kemudian beliau pun berlalu, hingga mendatangi para wanita, lalu memberi wejangan kepada mereka serta mengingatkan mereka. Beliau bersabda, “Bersedekahlah kalian, karena kebanyakan kalian adalah bahan bakar Jahannam!”

Maka berdirilah salah seorang wanita dari kalangan orang yang terbaik mereka yang di pipinya ada kehitaman, lalu bertanya, “Mengapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak berkeluh kesah dan kufur kepada suami.” Maka mulailah mereka bersedekah dengan perhiasan mereka, mereka melemparkan anting-anting dan cincin-cincin mereka ke baju Bilal.” (HR. Muslim no. 885)

Dengan demikian, ketika himpitan melanda ,ingatlah kata syariat yang sempurna. Agar senantiasa kita terbimbing, terarah dengan nasihat yang begitu sempurna, hingga kita tak putus harapan.

Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mengingatkan hamba-hamba-Nya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mengatakan, ‘Kami ini milik Allah dan kepada-Nya pula kami akan kembali’. Mereka itulah yang mendapatkan kebaikan yang sempurna dan rahmah dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Kekurangan jiwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah kematian orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, karib kerabat maupun sahabat. Juga berbagai penyakit yang menimpa diri seorang hamba ataupun menimpa orang yang dicintainya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 76)

Cobaan yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini pasti akan terjadi menimpa hamba-hamba nya, sebagaimana yang telah di kabarkan. Dan manusia pun terbagi menjadi dua golongan takkala musibah itu tiba, yang sabar dan yang tidak sabar.

Orang yang tidak sabar akan mendapatkan dua hal; musibah itu sendiri dan hilangnya pahala menempuh kesabaran yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sementara orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan taufik untuk bersabar saat terjadinya musibah, akan menahan diri baik dalam ucapan maupun perbuatan, sembari mengharap balasan pahala musibah yang jauh lebih agung daripada musibah yang menimpanya.

Bahkan sebenarnya musibah itu merupakan suatu nikmat, karena bisa menjadi jalan perintah untuk bersabar dan meraih pahalanya.

Inilah janji Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang termaktub pula dalam ayat yang lain.

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan dicukupi pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)

Sabar. Hal yang memang seharusnya dilakukan kala ditimpa musibah. Demikian yang dikatakan oleh Rasulullah ﷺ , seperti yang dinukilkan oleh Suhaib bin Sinan Radhiyallahu Anhu:

“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya setiap perkaranya merupakan kebaikan baginya, dan ini tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mukmin: apabila memperoleh kelapangan, dia bersyukur, maka ini kebaikan baginya, dan apabila ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka ini pun kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999)

jika Allah Subhana Wa Ta'ala menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia akan menimpakan musibah kepadanya untuk mengujinya sehingga mengangkat derajatnya. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ :

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5645)

Dengan mengetahui keutamaan ini, hendaknya semakin mengokohkan hati kita dalam menghadapi cobaan.
Cobaan membuahkan pahala, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu pernah menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya besarnya pahala itu bersama dengan besarnya cobaan. Dan jika Allah mencintai suatu kaum, Allah akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha, maka dia akan mendapat ridha dari Allah, dan barangsiapa yang marah, maka dia akan mendapat kemurkaan dari Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 2396, dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

keutamaan bersabar atas cobaan, dapat menggugurkan dosa dan kesalahan kita. Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu kepayahan, penyakit, kegalauan, kesedihan, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri yang mengenainya, kecuali Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” (HR. Al-Bukhari no. 5641, 5642 dan Muslim no. 2573)

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu juga mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Senantiasa cobaan itu menimpa seorang mukmin atau mukminah pada dirinya, anak ataupun hartanya, sampai dia bertemu dengan Allah ta’ala dalam keadaan tidak memiliki kesalahan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2399, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi: hasan shahih)

Di tengah-tengah kerisauan dalam merawat buah hati yang sedang sakit, kita berharap, semoga Allah Subhana Wa Ta'ala, berikan taufik, membimbing serta memberikan pahala kesabaran kepada kita.

Semoga segala kesusahan yang kita alami menjadi jalan bagi kita untuk mendapatkan surga. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu menukilkan sabda Rasulullah ﷺ:

“Neraka diliputi oleh berbagai kesenangan dunia, sementara surga diliputi oleh berbagai hal yang tidak menyenangkan di dunia.” (HR. Al-Bukhari no. 6487)

Terakhir, senantiasa lah memohon kesembuhan bagi anak kita. Hanya Allah Subhana Wa Ta'ala semata yang dapat memberikan kesembuhan atas penyakit buah hati kita.

“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkanku.” (Asy-Syu’ara: 80)

Berdoa lah, disertai keyakinan bahwa Allah Subhana Wa Ta'ala akan mengabulkan doa kita. Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Ada tiga doa yang pasti akan terkabul, tidak diragukan lagi: doa orangtua, doa orang yang bepergian, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Abu Dawud no. 1536, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Sunan Abi Dawud: hasan)

Akhirnya dengan Bimbingan Allah Subhana Wa Ta'ala dan Rasul Nya ini. Semoga kegundahan ini kelak berarti

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Selesai di susun di Rumah Sakit Bhayangkara Padang

13 Rajab 1441 H

Siswa akan di hukum, Orang tua diberitahu



Dunia pendidikan di Indonesia dikagetkan dengan beberapa kasus yang alami para guru yang mendekam di sel tahanan, masuk penjara karena mencubit siswa,ada yang gara-gara memotong rambut siswa,menampar siswa bahkan ada juga karena menyuruh siswa salat zuhur. Melihat fenomena ini,hukuman yang seperti apa yang lebih tepat di berikan kepada siswa ?,sehingga terbangun kesadaran mereka tentang perlunya menaati aturan dengan disiplin.Hukuman yang bagaimana yang mesti diberikan agar tidak menjadi bumerang bagi guru dan sekolah?, Masih tepatkah berbagai jenis hukuman yang ada saat ini di terapkan untuk mendisiplinkan siswa di sekolah ?

Kasus yang menimpa guru ini ramai diperbincangkan, ada yang pro dan kontra,sebagian pihak memandang menghukum siswa di perlukan dalam proses mendidik, sebagian lagi menganggap hal ini melanggar HAM. Lantas, apa hukuman yang tepat diberikan jika siswa yang melanggar yang ada di sekolah?

Hukuman itu sendiri merupakan salah satu alat mendidik, serta salah satu jenis metode pembelajaran, yang diberikan sesudah siswa melakukan kesalahan atau pelanggaran, atau digunakan sebagai suatu usaha pencegahan sebelum terjadi akibat yang membahayakan siswa itu sendiri, serta merupakan konsekuensi dari perilaku yang tidak tepat.

Di lain sisi, hukuman yang diberikan kepada siswa, juga bisa berdampak membiasakan anak untuk mencari pelampiasan terhadap temannya setelah di mendapatkan rasa yang sakit setelah mendapatkan hukuman, baik sakit yang di rasakan oleh fisik maupun psikis siswa. Bahkan pada situasi yang dipastikan tidak ada guru yang akan menghukum, besar kemungkinan siswa akan tetap melakukan perbuatan pelanggaran. Hukuman juga berdampak buruk terhadap guru yang menghukum, seperti rasa marah dan juga akan berdampak terhadap pihak-pihak lainnya. Hukuman juga akan menggantikan satu perilaku dengan perilaku lain yang juga tidak diinginkan.

Maka kajian yang mengupas tuntas tentang hukuman yang tepat,menjadi sebuah urusan yang mesti dipelajari dan harus mendapatkan perhatian besar dari pihak yang menerapkan hukuman, agar penguasaan terhadap hal ini membuat siswa akan mendapatkan layanan terbaik dan tuntas pada masa-masa perkembangan mereka. Literasi terhadap hasil rekomendasi peneliti yang sudah menempuh jalan panjang penelitian terkait hukuman yang tepat terhadap siswa, melalui studi daring adalah solusi tercepatnya.

Lantas apakah bolehkah guru memberikan hukuman fisik, seperti memukul, pada siswa yang melanggar aturan? Zaman dulu mungkin tidak menjadi persoalan, namun sekarang, guru harus berpikir panjang karena kalau dilakukan, bisa saja akibat buruk menimpa seperti guru yang diadukan ke polisi atau bisa juga guru akan di damprat orang tua siswa.

Sebuah sekolah di Kota Hephzibah, negara bagian Georgia, Amerika Serikat, mencoba menerapkan kebijakan soal pemberian hukuman fisik pada siswa yang ketahuan melanggar aturan. Sekolah di jenjang pendidikan dasar itu, yakni Georgia School for Innovation and the Classics (GSIC), mengirimkan formulir permintaan izin pada semua orangtua untuk memberikan hukuman berupa pemukukan oleh kayu bagi siswa yang melanggar aturan.

Dikutip dari cbsnews.com, beberapa waktu lalu, Kepala Sekolah GSIC, Jody Boulineau, mengatakan, ada sebanyak 100 orangtua yang mengirimkan kembali formulir itu dan sepertiganya menyetujui kebijakan itu. ”Di sekolah ini, kami menjalankan disiplin dengan sangat serius. Ada saat di mana hukuman fisik diperlukan,” ungkap Boulineau.

Ragam tanggapan diberikan orangtua, seperti, ”Aku sudah mendengar”, ”Hebat, sudah waktunya, kami sangat senang bahwa ini terjadi lagi, mereka seharusnya tidak pernah mengeluarkannya dari sekolah.” Tanggapan lain, ”Ya ampun, aku tidak percaya kamu melakukan itu.”

Ditegaskan Boulineau, orangtua dapat menolak kebijakan itu. Artinya tidak memberikan izin ke sekolah untuk memukul anaknya. Sebagai kompensasinya, siswa akan di diskors selama-lamanya lima hari.

Dijelaskan Boulineau, pada formulir itu dijelaskan langkah-langkah yang akan diambil sekolah dalam memberikan hukuman pemukulan itu. Siswa dibawa ke kantor dengan pintu tertutup. Siswa meletakkan tangan mereka di atas lutut atau meja dan akan dipukul di bokongnya dengan kayu sepanjang 24 inci, lebar enam inci dan tebal ¾ inci.

”Hukuman diberikan setelah pelanggaran ketiga yang dilakukan siswa. Pemukulan itu tidak boleh lebih dari tiga kali,” terang Boulineau.

Dalam formulir itu juga disebutkan, ketika hukuman akan diterapkan, orangtua diberi tahu.

Diketahui, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, hukuman fisik tak diperbolehkan di Amerika Serikat. Namun di negara bagian Georgia, hukuman fisik itu akan kembali diberlakukan dan GSIC mulai memberlakukannya pada sejak tahun 2019.

(Ari Yunanda, S. Pd)