Timeline di laman Facebook dan media sosial lainnya, sejak sepekan yang lalu ramai dihiasi dengan berbagai tawaran aplikasi pembelajaran daring. Hal ini sebagai bentuk aksi tanggap menyusul kebijakan libur sekolah selama 2 pekan yang termasuk dalam salah satu point kebijakan lock down dari Pemerintah Daerah di beberapa wilayah di Indonesia.
Penyebaran virus corona yang semakin hari semakin meluas, memang membuat khawatir banyak pihak. Tak hanya guru, siswa, dan orang tua, bahkan para blogger yang tergabung dalam Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) pun turut curah pendapat dalam forum diskusi bersama melalui grup WhatsApp Belajar Menulis yang digagas oleh Pak Wijaya Kusuma (Om Jay) tadi malam.
Topik diskusi tadi malam adalah “Efektivitas Pembelajaran Daring”. Hadir dalam ruang diskusi, yaitu Om Jay dan Ibu Eva sebagai narasumber sekaligus moderator. Beliau berdua memberikan kesempatan kepada para blogger untuk berbagi pandangan dan sharing pengalaman terkait pembelajaran daring yang mereka lakukan dengan cara brain storming.
Sebelumnya, Om Jay memberikan sebuah studi kasus “Seorang peserta dari NTT bertanya kepada saya, "selamat malam bapak, sekolah saya di pelosok listrik hanya menyala pada malam hari,.. untuk jaringan internet juga tidak stabil... pembelajaran dalam jaringan mudah2an bisa kami lakukan jika kondisi listrik sudah 24 jam, atau sinyal internet sudah stabil plus ada bantuan komputer atau minimal tabletlah dari pemerintah, apa yang bisa kami lakukan?”
Lalu Om Jay selaku moderator memberikan kesempatan kepada para peserta diskusi untuk berkomentar dan memberikan pendapat bila anda berada dalam kondisi seperti itu.
Dan, inilah hasil tanggapan dari para blogger :
1. Menurut saya tidak perlu dipaksakan pembelajaran online kalau keadaan tidak memungkinkan. Kasih penugasan rumah saja. Kumpulkan saat masuk sekolah.
2. Fokus pada kesehatan, mendukung sepenuhnya program pemerintah tentang corona.
3. Belajar sekedarnya saja, tidak perlu terlalu dikendalikan. Beri siswa kebebasan untuk belajar dengan caranya sendiri.
4. Guru siapkan amplop - amplop materi, serahkan kepada orang tuanya. Berikan satu amplop 1 hari tentang materi tersebut dan jadikan project.
5. Dalam pembelajarannya, jaga kesehatan dan membuat laporan portofolio dengan cara menuliskan materi yang telah dibaca, membuat mind map bacaan, apapun bisa siswa dilakukan siswa asalkan diberikan tugas. dikumpulkan saat masuk sekolah kembali.
6. Membuat laporan diary setiap hari. di kertas HVS.. tanggal 14-31. Tentang apa yang dipelajari dirumah. Bila tidak ada kertas HVS, bisa menulis di buku tulis biasa.
7. Selama 14 hari, guru bisa membuat aplikasi merdeka belajar yang inovatif.
8. Latih anak untuk terbiasa menulis.
9. Saya akan perjuangkan Sapras tersebut ada di daerah saya, Listrik melalui PLN atau kementerian ESDM , Minimal tenaga surya, Untuk internet akan diupayakan antena satelit.
10. Menurut pendapat saya, kita tidak usah memaksakan diri utk melakukan pembelajaran daring bila belum siap. Baik itu siap dari sarananya (listrik, alat - alat TIK, dan jaringan), dan belum siap karena kompetensi guru dalam menggunakan TIK masih terbatas. Pembelajaran daring adalah salah satu opsi. Bukan satu - satunya.
11. Menurut saya untuk kebutuhan listrik memang berat, kecuali sudah ada alternatif sumber energi yang tidak bergantung pada pemerintah. Pernah lihat di TV ada wanita pelopor energi alternatif yang sudah keliling dunia, tapi persisnya dari mana lupa. Untuk tablet sebetulnya bisa menggunakan dana bantuan pemerintah yang tahun ini dinaikkan nominalnya. Tentu saja setelah pembiayaan guru honorer sudah terpenuhi secara optimal dan maksimal.
12. Gunakan wifi tanpa jaringan internet.
13. Bisa juga dengan menggunakan WhatsApp
14. Beli genset untuk solusi masalah listrik
15. Usul sarpras surya panel, lebih ekonomois, bisa rakit sendiri dengan melihat caranya di youtube
16. Tidak semua anak di sekolah saya yang orang tuanya memegang hp android, jadi ketika sekarang ada libur 2 minggu saya kasih tugas tiap hari lewat WA dengan mencantumkan hari dan tanggal dan meminta tolong agar temannya memberitahukan teman yang tidak punya hp tersebut. Tugas tentunya materi yang sudah dipelajari.
17. Temui Pemerintah Kabupaten, OPD kominfo, ESDM, dan PLN. Minta saran terbaik dari para ahli disana, saran yang lengkap dan bisa diwujudkan, agar PBM yang diharapkan bisa terselenggara.
18. Menurut saya tetep tidak efektif, apalagi medianya hanya menggunakan chat whatsapp, karna konsentrasi anak akan jauh berbeda dengan ketika tatap muka.
19. Peran guru sangat diharapkan. Karena internet hanya malam 1.materi yang akan diajarkan di download dulu. Jadi ketika di kelas, sudah bisa disampaikan secara off line.
20. Ajukan proposal untuk program CSR kebeberapa perusahaan, ada beberapa yang mau memberikan dukungan penuh untuk peningkatan fasilitas sekolah, bahkan sampai proses penjaminan mutu sekolah.
21. Jika sarana pendukung (listrik,koneksi internet,komputer/laptop) sudah siap langkah selanjutnya adalah mempersiapkan guru – guru yang akan menyampaikan materi secara daring. Komunikasikan media apa yang cocok digunakan. Apakah pakai aplikasi e-learning yang sudah ada atau media lain yang dirasa mudah diterapkan
22. Buat form lembar tugas , ala agenda ramadhan,, bagikan kepada siswa, Jika tidak ada perangkat...
23. Hal yang saya lakukan mengajukan proposal untuk mohon bantuan kepada pemerintah minimal Dinas Pendidikan untuk ikut membantu demi kemajuan pendidikan yang berkualitas.
24. Siswa bisa belajar computational thinking
materinya ada di buku Informatika yang diterbitkan Penerbit ANDI Yogyakarta
25. Menurut pengamatan dan pengalaman lama, ada 3 cara yang dapat ditempuh: 1. Japen 2 jamen dan 3. Japang. Japen: libatkan pemuka kampung/ masyarakat kaya dengan infak wajib 1 HP untuk mendanai satu rumah warganya yang sekolah. 2. Dengan menjalankan sumbangan sukarela ke perantau di luar daerah di perkumpulannya. 3. jangka panjang, pemberdayaan warga kampung sendiri dengan sistem simpanan bajapuik berupa beras genggam atau uang recehan, di gabung perpekan lalu dibelikan hp dg sistem arisan .
26. Apakah siswa sebagian besar punya HP? Jika YA : Berikan tugas membuat vlog 5 menit apa saja yg mereka pelajari sesuai materi per hari. Bentuk tugas bisa individu/kelompok. File video dikumpulkan ketika masuk sekolah. Jika TIDAK : Siswa diminta mengumpulkan resume/mind mapping materi per hari di selembar kertas/di buku catatannya.
27. Memberikan cetak tugas kepada orang tua, dan orang tua diminta bekerjasama mengatur ritme belajar siswa
28. Dengan membuat kontrak pemda dan PLN serta TELKOMSEL.
29. Memperhatikan karakteristik siswa. Contohnya di sekolah saya tidak semua siswa punya hp...kadang ada yang punya hp namun paket datanya tidak ada, karena perekonomian kita berbeda – beda.
30. Menggunakan pendekatan multi metode agar adil.
31. Berikan tugas/pr untuk memperdalam materi yang telah dipelajari.
32. Menurut saya cara yang paling efektif adalah dengan membuat kumpulan lembar kerja peserta didik untuk setiap harinya. karena pengalaman stelah sehari ini mengadakan kelas virtual masih ada beberapa siswa dan orang tua yang belum memberikan perhatian terhadap tugas online yg diberikan.
33. Kebetulan di tempat kami jaringan internet lumayan stabil tapi sarana tidak memadai. Tidak semua wali murid punya HP jadi utk pembelajaran daring kita kesulitan. Solusi yang kita ambil memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
34. Bekerjasama dengan orang tua,,,, meminta orang tua memantau anaknya dalam belajar,,, buku belajar saya berikan ke anak, setiap hari anak menulis informasi penting yang terdapat pada bacaan yang dibacanya dengan bahasa sendiri,,, sehingga 12 hari libur berarti siswa tetap belajar,,,namun setiap hari kita kontrol orang tua dengan menelpon atau sms. Nanti kalo sudah masuk sekolah kembali, kita lihat semua tugas siswa,,, mana yang kurang dipahami siswa, itu yang didiskusikan.
35. Menurut saya guru merencanakan dulu tugas yang akan diberikan. Dan dibagikan lewat WA. Jika tidak punya hp diberitahu teman yang rumahnya dekat ( sebagai pendidikan karakter.) Peserta didik mengerjakan tugas. Dan dikumpulkan jika sudah masuk sekolah. Jika listrik tidak ada. Datang ke tetangga terdekat. Dan minta ijin yang punya listrik dan jaringan Wi-Fi . Untuk menyelesaikan tugas. Karena ekonomi peserta didik berbeda antara satu dengan yang lainnya.
36. Tidak perlu dipaksakan mereka untuk belajar. Bermain sambil belajar bisa jadi pilhan yang lebih baik.
37. Kalau di saya tidak efektif. Karena gurunya saja tidak paham tentang pembelajaran daring, sekalipun pakai WA, apalagi siswanya. Latar belakang ortu sebagian besar petani. Yang punya hp android dalam satu kelas, paling 2 - 3 orang tua. Anak tidak punya sama sekali.
38. Anak didik bekerja sesuai hobinya permapel dalam bentuk karya keterampilan jadi dan bentuk laporan tertulis sederhana langkah kerjanya.
39. Metode daringnya lewat WA saja, diberi tugas orangtuanya juga ikut menyimak dan membimbing, kalau anak sudah menyelesaikan tugas dari guru orangtua langsung menandatangani.
40. Belajar sambil bermain saya rasa masih efektif untuk anak di tingkat sekolah dasar.
41. Meningkatkan partisipasi orang tua dalam mendampingi anak belajar.
42. Guru harus menyesuaikan dengan kondisi anak – anak.
43. Membuat kesepakatan semua guru langsung saat itu membuat penugasan yang bersifat pembelajaran dan bisa dikerjakan di rumah masing-masing peserta didik, tanpa harus keluar rumah.
44. Pembelajaran yang dilakukan ditulis atau diketik kemudian diserahkan kepada bagian kurikulum. setelah terkumpul semua rencana pembelajaran yg dibuat oleh guru, untuk pembelajaran di rumah tsb, kemudian dishare ke wali kelas. Wali kelas menjelaskan & menginformasikan ke peserta didik, juga kepada wali murid di kelasnya.
45. Tugas & materi pembelajaran yang diberikan, boleh di rumah, bila telah selesai bisa langsung dikirim ke guru jika punya medsos. Lewat Whatsapp misalnya.
46. Hari ini sy sudah menerima byk sekali tugas ank ank yg telah selesai dipelajari & selesai dikerjakan. Ternyata tidak serumit yang ditayangkan. Anak - anak juga mudah memahami kondisi yang ada.
47. Gunakan aktivitas sehari – hari sebagai bagian dari belajar. Terkadang kita tidak menyadari bahwa menonton tv, bermain, dan membaca merupakan aktivitas belajar.
48. Orang tua harus mendampingi anaknya saat mengakses internet agar tidak terjadi penyalahgunaan internet
49. Atur jadwal belajar daring seefektif mungkin agar anak tidak terlalu lama berada di depan layar laptop karena ada pengaruh radiasi.
50. Pilih metode pembelajaran yang efektif sesuai karakteristik siswa dan lingkungan.
Berdasarkan tanggapan – tanggapan di atas, jika kita ambil kedua sisi, maka akan tampak bahwa di satu sisi, penerapan pembelajaran daring ini menjadi satu ajang kreativitas, baik dari guru maupun orang tua. Maksudnya, dengan adanya himbauan bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajarang secara daring, guru berlomba – lomba memanfaatkan berbagai aplikasi pendukung pembelajaran daring tersebut, contohnya : Rumah Belajar, Ruang Guru, Kelase, Zenius, Microsoft Teams, Talk Fushion, dst. Hal ini akhirnya menuntut guru yang tadinya ada dalam zona nyaman dengan cara mengajar kovensional, mulai bergerak untuk membuka laptop, dan memanfaatkan jaringan untuk mengakses pembelajaran daring dan mempelajarinya.
Selain itu, guru juga menjadi lebih kreatif dengan adanya pemikiran bahwa di sekolah – sekolah yang tidak terjangkau akses internet, tentu tidak bisa melaksanakan pembelajaran daring. Sehingga mereka berusaha mencari mode pembelajaran lain yang mungkin bisa dilakukan, misalnya dengan bentuk penugasan terstruktur atau Kegiatan Mandiri Tidak terstruktur, dengan format berisi panduan yang telah disediakan oleh guru. Contoh format dapat di download DI SINI
Sedangkan bagi orang tua dan siswa sendiri, ajang kreativitasnya tampak dengan adanya dukungan yang diberikan oleh orang tua dalam menyediakan alat – alat TIK yang dibutuhkan oleh anaknya untuk mengikuti pembelajaran daring.
Di sisi lain, penerapan pembelajaran daring ini dianggap sebagai “beban baru” baik bagi guru, siswa, maupun orang tua yang “belum siap” dengan sistemnya. Walaupun sekolah tersebut berlokasi di kota, namun masih banyak juga guru yang belum mengenal Learning Management System (LMS), apalagi siswa dan orang tua. Siswa sendiri akan terbeban karena mereka harus menghadap laptop atau gawai selama 2 pekan ke depan.
Bahkan dari postingan orang tua di Facebook, anaknya tetap belajar daring sesuai jadwal pelajaran di sekolah, yaitu sampai jam 3 sore. Bayangkan apa yang terjadi jika hal ini berlangsung terus selama 2 pekan, mereka harus terpaku pada layar laptop dan gawai karena adanya absensi juga akhirnya siswa tetap harus masuk dalam sistem pembelajarannya. Bagaimana dengan orang tua ? Yang pastinya, siapkan pulsa paket data yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran daring anak – anaknya. Bagaimana dengan orang tua yang mempunyai anak lebih dari satu dan harus daring ?
Refleksi di atas mengakhiri sesi diskusi para blogger, lalu Ibu Eva memberikan gambaran tentang aplikasi Talk Fushion yang merupakan fitur video komunikasi terbaru. Saat ini aplikasi tersebut sedang dalam pengembangan untuk memperkaya pemanfaatan fitur – fiturnya. Tadi malam, para blogger diundang untuk mengikuti live meeting sebagai salah satu fitur yang ada di Talk Fushion. Salah satu keunggulannya adalah dapat menampilkan sekitar 25 anggota dalam video conference. Hal ini yang membedakan Talk Fushion dengan aplikasi lainnya. Ibu Eva menyampaikan harapannya bahwa ke depan, semakin banyak guru yang dapat mengakses dan memanfaatkan aplikasi ini dalam pembelajaran daring.
Kesimpulan :
1. Efektifitas pembelajaran daring tergantung dari karakteristik sekolah dan warganya.
2. Pembelajaran daring dapat dilakukan melalui banyak cara, di antaranya : full daring berbasis LMS / Aplikasi dan blended, misalnya : tugas diinformasikan lewat WhatsApp dan dikerjakan secara manual.
3. Ada sisi positif dan negatif terkait pembelajaran daring yang ditempuh sebagai imbas kebijakan lock down, yaitu : sisi positif dapat meningkatkan kreativitas guru, siswa, dan orang tua. Sisi negatif yaitu : siswa harus menghabiskan waktu lama untuk mengikuti pembelajaran daring, tidak bebas, dan bsia cepat bosan sehingga tidak konsentrasi belajar. Sedangkan orang tua sendiri terbeban dengan banyaknya pengeluaran untuk membeli kuota paket data.
4. Orang tua wajib melakukan pemantauan terhadap siswa yang melaksanakan pembelajaran daring, agar terhindar dari penyalahgunaan internet.
5. Pembelajaran daring membutuhkan kesiapan dari semua pihak terkait agar bisa berjalan dengan efektif
Sumber https://cikgutere.blogspot.com/2020/03/50-blogger-berbagi-inspirasi-seputar.html?m=1
Redaktur Ari Yunanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar