Di
Era 4.0 ini, internet merupakan satu hal yang sangat dibutuhkan. Dimana
internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta
jaringan komputer baik secara lokal maupun dalam bentuk jaringan. Sebagai media
yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di
sekolah, internet diharapkan mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya
proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang
disyaratkan dalam proses pembelajaran.
Dalam
menghadapi perkembangan tekhnologi yang berkembang saat ini, guru dituntut
untuk selalu berinovasi dalam menyampaikan materi – materinya kepada
siswanya. Dalam dunia pendidikan, ada
yang berkaitan dengan pencapaian belajar, yaitu pembelajaran daring atau
secara online. Dimana dalam sitem pembelajaran tersebut, guru dapat
memberikan materi pelajaran baik secara virtual maupun modul,
kemudian dilanjutkan oleh penugasan dengan waktu yang ditentukan.
Namun,
tidak semua menganggap bahwa pembelajaran daring ini merupakan suatu
keuntungan, ada pula yang menganggap sebagai tantangan. Karena tidak semua guru
mampu untuk melaksanakan pembelajaran daring ini karena masih “gaptek” atau
gagap teknologi. Umumnya ini dirasakan oleh guru yang sudah terlampau lama
mengajar sehingga masih mengedepankan metode pembelajaran tradisional.
Setiap kemajuan
selalu ada kendala yang menyertainya, karena itu berkaitan dengan faktor
pendukungnya. Slah satunya adalah, yang dialami oleh peserta dari NTT. Pertanyaan beliau adalah : "selamat
malam bapak, sekolah saya di pelosok listrik hanya menyala pada malam
hari,.. untuk jaringan internet juga tidak stabil... pembelajaran dalam
jaringan mudah2an bisa kami lakukan jika kondisi listrik sudah 24 jam, atau
sinyal internet sudah stabil plus ada bantuan komputer atau minimal tablet lah
dr pemerintah..., apa yang bisa kami
lakukan?"
Setiap
anggota yang aktif menjawab sesuai dengan versinya masing-masing, seperti
dibawah ini :
v
Tidak perlu
dipaksakan pembelajaran online kalau keadaan tidak memungkinkan. Kasih
penugasan rumah saja. Kumpulkan saat masuk sekolah. Dan Fokus pada kesehatan,
mendukung sepenuhnya program pemerintah tentang korona. Belajar sekedarnya
saja, tidak perlu terlalu dikendalikan. Beri siswa kebebasan untuk belajar dengan
caranya sendiri. Siapkan amplop - amplop materi, serahkan kepada ortunya...
berikan satu amplop 1 hari tentang materi tersebut dan jadikan projeck
v
pembelajarannya
jaga kesehatan, membuat laporan
portofolio menuliskan menurut bahasa siswa, materi yang telah dibaca, membuat mind map
bacaan, apapun bisa siswa diberikan tugas. dikumpulkan pas ketemu.
apabila tak ada sarana listrik...pas ol infokan ke grup siswa.
v
membuat laporan
diari setiap hari. di kertas hvs.. tanggal 14-31. tentang apa yang dipelajari
dirumah. Selama 14 hari aplikasi merdeka belajar...bisa dibuat inovasi. Saya
teringat materi dari kepala pusat bahasa Gorontalo.Biarkan anak menulis, kalau
sudah menulis sudah tentu nilainya 100 karena, memberi arti bahwa dia telah banyak
membaca, Gak kebayang... soalnya saya sendiri mboos kuota, kebayang kalo gitu... gimana cara nya ya??
Pake pinisi edubox?
v
Saya akan perjuangkan
Sarpras tersebut ada di daerah saya, Listrik melalui PLN atau kementerian ESDM
, Minimal tenaga Surya, Untuk internet
akan di upayakan antena satelit, Demikian jawaban sementara Om.Jay
v
Itu tantangan utk
menciptakan sumber listrik mandiri dari tenaga surya (jangka panjang-ga bisa
instan)
v
Menurut pendapat
saya, kita tidak usah memaksakan diri utk melakukan pembelajaran daring bila
belum siap. Baik itu siap dr sarananya (listrik, alat - alat TIK, dan
jaringan), dan belum siap karena kompetensi guru dlm menggunakan TIK masih
terbatas. Pembelajaran daring adalah salah satu opsi. Bukan satu - satunya.
v
pembelajarannya
jaga kesehatan membuat laporan portofolio menuliskan menurut bahasa siswa
materi yang telah dibaca, membuat mind map bacaan, apapun bisa siswa
diberikan tugas. dikumpulkan pas ketemu. apabila tak ada sarana listrik, pas ol
infokan ke grup siswa. Membuat laporan diari setiap hari. di kertas hvs..
tanggal 14-31. ttg apa yg dipelajari dirumah
v
Menurut saya untuk
kebutuhan listrik memang berat, kecuali sudah ada alternatif sumber energi yg
tidak bergantung pada pemerintah. Pernah lihat di TV ada wanita pelopor energi
alternatif yg sudah keliling dunia, tetapi persisnya dari mana lupa. Untuk
tablet sebetulnya bisa menggunakan dana bantuan pemerintah yang tahun ini
dinaikkan nominalnya. Tentu saja setelah pembiayaan guru honorer sudah
terpenuhi secara optimal dan maksimal. Dengan catatan tidak ada lagi sulap
menyulap SPJ ataupun mark up anggaran/pembelanjaan.
v
Menggunakan wifi
tanpa jaringan internet, juga sangat membantu. Bisa juga dengan metode kaya'
kita sekarang di grup ini. Kita menggunakan WA Group. Dan membeli genset utk
solusi masalah Listriknya. Juga ada yang mengusulkan sarpras surya panel, lebih
ekonomis, rakit sendiri lihat di youtube.
v
Tidak semua anak di
sekolah saya yang orang tuanya memegang hp android, jadi ketika sekarang ada
libur 2 minggu saya kasih tugas tiap hari lewat WA dengan mencantumkan hari dan
tanggal dan meminta tolong agar temannya memberitahukan teman yang tidak punya
hp tersebut. Tugas tentunya materi yang sudah dipelajari.
v
Betul, kami yang
dipelosok negeri belum ada apa-apa, tahun lalu sudah ada bos afirmasi tetapi
sampai saat ini belum ada info bos afirmasi cair atau dananya dikembalikan. Atau
temui Pemerintah kabupaten, OPD kominfo, ESDM, PLN, Minta saran terbaik dari
para ahli disana, saran yang lengkap dan bisa di wujudkan, agar PBM yang
diharapkan bisa terselenggara.
v
Anak menulis pakai
buku tulis yang ada, biarkan mereka berkarya...apapun tulisan mereka beri
penghargaan, berikutnya akan lebih bagus lagi. Menurut saya tetep tidak
efektif, apalagi medianya hanya menggunakan chat whatsapp, karna konsentrasi
anak akan jauh berbeda dengan ketika tatap muka.
v
Peran guru sangat
diharapkan. Karena internet hanya malam, satu materi yang akan diajarkan di
download dulu. Jadi ketika di kelas sudah bisa di sampaikan secara off line. Pembelajaran
secara online. Karena internet hanya pada MLM. Kita bisa pembelajaran secara
online MLM hari. itulah kemudahan teknologi tak ada lagi batasan waktu dan
jarak.semua bisa dikafer. Tergantung kreatifitas dan bagaimana kita menyikapi
sebuah kekurangan
v
ajukan proposal untuk
program CSR kebeberapa perusahaan, ad bbrp yg mw suport full ttg peningkatan
fasilitas sekolah, bahkan sampai proses penjaminan mutu sekolah.
v
Jika sarana pendukung
(listrik,koneksi internet,komputer/lptop) sudah siap langkah selanjutnya adalah mempersiapkan
guru-guru yang akan menyampaikan materi secara daring.komunikasikan media apa
yg cocok digunakan. Apakah pakai aplikasi e-learning yang sudah ada atau media
lain yang dirasa mudah diterapkan.
v
Pembelajaran dalam
jaringan saat ini sangat penting diterapkan.terutama untuk situasi-situasi
tertentu. Buat form lembar tugas , ala agenda ramadhan, bagikan kepada siswa,
Jika tidak ada perangkat. Hal yang perlu di lakukan mengajukan proposal untuk
mohon bantuan kepada pemerintah minimal dinas pendidikkan untuk ikut membantu
demi kemajuan pendidikkan dan berkualitas.
v
Siswa bisa belajar
computational thinking, materinya ada di buku Informatika yang diterbitkan
Penerbit ANDI Yogyakarta.
v
Saya setuju sarana
& pra sarana sangat dibutuhkan utk pembelajaran daring apalagi daerah yg
belum terjangkau internet perlu dipersiapkan oleh pemerintah/masyarakatnya
terlebih dahulu.
v
mkasih Kesempatannta
Om J. menurut pengamatan dan pengalaman lama, ada 3 cara yg dpt ditempuh: 1.
Japen 2 jamen dan 3. Japang. Japen: libatkan pemuka kampung/ msy kaya dg infak
wajib 1 HP untuk mendanai satu rumah warganya yg sekolah. 2. Dengan
menjalankan sumbangan sukarela ke perantau Maluku di luar daerah di
perkumpulannya. 3. jangka panjang, pembrrdayaan warga kampung sendiri dengan
sistem simpanan bajapuik berupa beras genggam atau uang recehan, di gabung
perpekan lalu dibelikan hp dg sistem arisan . cara pertama telah dilakukan oleh
pemuka msyrkt Pandam Gadang suliki di saat membiayai kuliahnya Tan Malaka
ke Belanda, atas usul Bu Horensma, nama yayasan itu Engkufonds..
v
Apakah siswa sebagian
besar punya HP? Jika YA : Berikan tugas membuat vlog 5 menit apa saja yg mereka
pelajari sesuai materi per hari. Bentuk tugas bisa individu/kelompok. File
video dikumpulkan ketika masuk sekolah. Jika TIDAK : Siswa diminta mengumpulkan
resume/mind mapping materi per hari di selembar kertas/di buku catatannya.
v
Saya mencoba
menceritakan pembelajaran yang digagas sekolah TK anak saya: sekalipun ditempat
kami berada saat ini listrik dan jaringan cukup baik, namun kondisi ekonomi
yang beragam membuat pembelajaran daring sulit untuk dilakukan. Solusi dari
sekolah adalah memberikan cetak tugas kepada orang tua, dan orang tua diminta
bekerjasama mengatur ritme belajar siswa. Demikian pengalaman yang saya peroleh
dari sekolah anak saya.
v
Ditempat saya banyak
sekolah dan sd, smp, dan sma yg tidak terjangkau oleh sinyal enternit d
listrik.. Tetapi dtahun 2019 mereka jg bisa melaksanakan unbk... Dengan adanya
kontrak pemda dengan pln d TELKOMSEL... Daerah saya Balangan kaya dengan
tambang batubara..
v
Kalau menurut
saya...kita harus memperhatikan karakteristik siswa. Contohnya di sekolah saya
tidak semua siswa punya HP...kadang ada yg punya HP namun paket datanya tidak
ada... Karena perekonomian kita yg
berbeda beda. Kita tidak bisa memaksakan satu metode ke semua siswa...dan juga
kita harus bersikap adil.
v
Apalagi mengingat
hanya d liburkan selama 2 minggu...kurang lebih kita hanya kehilangan 2-3
kali pertemuan... Biarlah siswa belajar dengan cara mereka sendiri...
Cukup hanya pemberian tugas/pr utk memperdalam materi yg telah lalu.
v
menurut saya cara yg
paling efektif adalah dengan membuat kumpulan lembar kerja peserta didik untuk
setiap harinya. karena pengalaman stelah sehari ini mengadakan kelas virtual
masih ada beberapa siswa dan orang tua yg belum memberikan perhatian terhadap
tugas online yg diberikan.
v
Saya
kab.Balangan..Kalsel.. Kab. Baru dresmikan.. Dekat dengan wacana ibu kota
pindah.. Itu sekitar 30 km dari tempat saya.. Dtempat saya masih banyak
masyarakat nya yg tdk tersentuh dgn pendidikan.. Aparat d pegawai nya rata 2
pendatang.. Bahkan hampir sama 80 persen dari jawa..
v
Kebetulan ditempat
kami jaringan internet lumayan stabil tp sarana tdk memadai. Tdk semua
wali murid punya HP jd utk pembelajaran daring kita kesulitan. Solusi yg
kita ambil memberikan tugas utk d kerjakan d rmh.
v
Menurut saya,,, saya
juga mengajar didaerah yg jaringan boleh dikatakan tidak ada,,, hal yang saya
lakukan adalah saya bekerjasama dg orang tua,,,, meminta orang tua memantau
anaknya dalam belajar,,, buku belajar saya berikan ke anak, setiap hari anak
menulis informasi penting yg terdapat pada bacaan yg dibacanya dg bahsa
sendiri,,, sehingga 12 hari libur berarti siswa tetap belajar,,,namun setiap
hari kita kontrol orang tua dg nelfon atau sms,,,, karna ada sebagian orang tua
hp nya tidak ada wa,,,memang butuh usaha dan pengorbanan,,, nanti kalo sudah
skolah kita lihat semua tugas siswa,,, mana yg rasanya kurang dipahami anak,
itu yg kita diskusikan,,,
v
Menurut saya guru
merencanakan dulu tugad yg akan diberikan. Dan fi share lewat WA. Jika
tdk punya hp diberitahu teman yg rumahnya dekat ( sebagai pendidikan karakter.)
Peserta didik mengerjakan tugas. Dan dikumpulkan jika sudah masuk sekolah.
Jika listrik tdk ada. Datang ke tetangga terdekat. Dan minta ijin yang punya
listrik dan jaringan Wi-Fi . Untuk menyelesaikan tugas. Karena ekonomi peserta
didik berbeda antara satu dengan yg lainnya.
v
Hhmm..iya bu saya
lupa mempertimbangkan yg SD. Walaupun demikian menurt saya juga tidak perlu
dipaksakan merekan utk belajar...apalagi masih SD..mnurt
perkembangannya...meman masa2 mereka sangat gemar utk bermaian...apak efektif
jika digunakan metode daring ke mereka?
v
Kalau di saya tidak
efektif. Karena gurunya saja tidak paham tentang pembelajaran daring, sekalipun
pakai WA. Apalagi siswanya. Latar belakang ortu sebagian besar petani. Yg punya
HP android dalam satu kelas, paling 2 - 3 orang tua. Anak tidak punya sama
sekali.
v
Anak didik bekerja sesuai
hobinya permapel dalam bentuk karya keterampilan jadi dan bentuk laporan
tertulis sederhana langkah kerjanya.
v
Metode daringnya
lewat WA aja, diberi tugas orangtuanya juga ikut menyimak dan membimbing, kalau
anak sudah menyelesaikan tugas dari guru orangtua langsung menandatangani.
v
Di daerah sy,
kebanyakannya buku siswa tidak dibawa pulang oleh siswa. Ada bbrpa pertimbangan
khusus. Termasuk raport juga. Disimpan di sekolah.
v
Belajar sambil
bermain saya rasa masih efektif untuk anak di tingkat sekolah dasar.
v
Betul pak naf, kalau
saya sengaja ngasih tugasnya lewat WA biar ortunya juga ikut berpartisipasi krn
tugas saya usahakan tiap hari, sejauh ini walau masih satu hari orang tua
selalu respon dan menyetor hasil tugas anaknya, tentunya ada tanda tangan
ortunya, semoga lancar sampai 2 minggu kedepan. Dan ketika nanti masuk tugas
anak-anak lengkap.
v
Nah, dengan situasi
yg mendadak, & tidak semua punya gedget, WA & medsos yg bisa
berpetualang di dunia maya, maka Bpk kepsek & kesepakatan bersama,
v
semua guru langsung
saat itu membuat penugasan yg bersifat pembelajaran dan bisa dikerjakan di
rumah masing-masing peserta didik, tanpa hrs keluar rumah.
v
Semua tugas yg
berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran selama libur, dan sesuai jumlah
jam mengajar. Pembelajaran yg dilakukan ditulis atau diketik kemudian
diserahkan kepada kurikulum.
v
Kurikulum setelah
terkumpul semua rencana pembelajaran yg dibuat oleh guru, untuk pembelajaran di
rumah tsb, kemudian dishare ke wali kelas. Wali kelas menjelaskan &
menginformasikan ke peserta didik, juga kepada wali murid di kelasnya.
v
Tugas & materi
pembelajaran yang diberikan, boleh di
rumah, bila telah selesai bisa langsung dikirim ke guru jika punya medsos.
Lewat Whatsapp misalnya.
v
Hari ini saya sudah
menerima banyak sekali tugas anak-anak yang telah selesai dipelajari &
selesai dikerjakan. Ternyata tidak serumit yang ditayangkan. Anak – anak juga
mudah memahami kondisi yg ada. Semoga sedikit memberi solusi bagi yg
tidak punya internet.
Itulah jawaban dari
beberapa anggota. Sekarang tinggal dipilih mana yang sesuai dengan kondisi
sekolah kita, inilah yang disebut merdeka belajar. Gunakan teknologi yang ada
dan tidak perlu harus yang canggih dan terbaru. Teknologi yang ada di depan
mata kita bisa dikembangkan walaupun tanpa koneksi internet. Semoga para
pendidik di Indonesia mampu bersaing secara global dan tak pernah melupakan
hakikat guru yang sesungguhnya.
Repost : Ari Yunanda, S. Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar